Oleh: KP. H. Andri Winarso Wartonagoro (Jurnalis)
IndonesiaBuzz: Opini – Di tengah gencarnya pemilihan umum, sorotan publik sering kali terfokus pada elektabilitas. Calon-calon pemimpin diukur berdasarkan seberapa populer mereka di mata masyarakat, berapa persen suara yang bisa mereka raih, dan seberapa kuat posisi mereka dalam berbagai survei. Elektabilitas kerap kali menjadi indikator utama dalam menilai kelayakan seorang pemimpin. Namun, apakah angka-angka tersebut cukup untuk menentukan siapa yang layak memimpin? Jawabannya tidak.
Adabilitas, atau kemampuan beradab dan beretika, merupakan elemen penting yang sering terlewatkan dalam diskusi politik. Memilih pemimpin hanya berdasarkan elektabilitas tanpa mempertimbangkan adabilitas dapat menghasilkan pemerintahan yang bermasalah di kemudian hari.
Apa Itu Elektabilitas dan Adabilitas?
Elektabilitas merujuk pada daya tarik seorang calon pemimpin di mata pemilih, atau peluangnya untuk terpilih dalam pemilu. Biasanya, elektabilitas diukur melalui survei dan polling yang dilakukan oleh berbagai lembaga. Pemimpin dengan elektabilitas tinggi sering kali diidentikkan dengan calon yang akan menang, tetapi angka ini tidak selalu mencerminkan kualitas moral, integritas, atau kemampuan memimpin secara etis.
Sebaliknya, adabilitas menggambarkan kepribadian yang didasarkan pada nilai-nilai etika, moral, dan budi pekerti yang baik. Pemimpin dengan adabilitas tinggi akan menjalankan tugas dengan tanggung jawab, rasa keadilan, serta kepedulian terhadap masyarakat. Mereka adalah orang yang memimpin dengan hati, bukan sekadar mengejar popularitas.
Mengapa Elektabilitas Saja Tidak Cukup?
Dalam dunia politik modern, popularitas sering kali menjadi kunci utama. Pemimpin yang paling dikenal masyarakat biasanya mendapat sorotan lebih besar dan dianggap sebagai pilihan yang aman. Namun, jika hanya berfokus pada elektabilitas, kita bisa melupakan aspek penting lainnya, seperti karakter, integritas, dan etika dalam memimpin.
Beberapa pemimpin dengan elektabilitas tinggi terbukti memiliki sejarah yang meragukan, seperti terlibat dalam korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan. Dalam jangka panjang, pemimpin seperti ini cenderung mengecewakan karena mereka tidak memiliki fondasi moral yang kuat untuk menjaga amanah rakyat. Elektabilitas tinggi hanya menjamin kemenangan dalam pemilu, tetapi adabilitas menentukan keberhasilan kepemimpinan dalam jangka panjang.
Pentingnya Memilih Pemimpin dengan Adabilitas
- Integritas yang Tak Tergantikan Pemimpin dengan adabilitas memiliki integritas yang tidak bisa tergoyahkan oleh godaan kekuasaan. Mereka tidak akan memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadi atau golongan, melainkan untuk kepentingan bersama. Hal ini sangat penting, terutama dalam menghadapi tantangan-tantangan besar yang dihadapi negara.
- Pemimpin yang Berempati Adabilitas mengedepankan kepekaan terhadap kebutuhan masyarakat. Pemimpin beradab akan selalu mendengar suara rakyat, bukan hanya pada saat kampanye, tetapi sepanjang masa jabatannya. Mereka memahami bahwa menjadi pemimpin berarti melayani, bukan dilayani.
- Menjaga Etika dalam Kebijakan Publik Kebijakan yang diambil oleh pemimpin yang memiliki adabilitas tinggi selalu didasarkan pada prinsip-prinsip etika. Mereka tidak hanya memikirkan keuntungan jangka pendek atau popularitas, melainkan dampak jangka panjang terhadap masyarakat, ekonomi, dan lingkungan.
- Menghindari Politik Kotor Pemimpin beradab akan menghindari politik uang, fitnah, atau strategi kotor lainnya yang merusak tatanan demokrasi. Mereka berkompetisi secara sehat dan menjaga kehormatan lawan politik serta masyarakat.
Kasus Elektabilitas Tanpa Adabilitas
Sudah banyak contoh pemimpin yang berhasil memenangkan pemilu karena popularitas dan elektabilitas tinggi, tetapi gagal membawa perubahan positif. Kasus-kasus penyalahgunaan kekuasaan dan kebijakan yang tidak memihak rakyat menjadi bukti nyata bahwa elektabilitas tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan.
Di Indonesia, kita telah menyaksikan pemimpin-pemimpin yang terpilih karena elektabilitasnya namun kemudian tersandung kasus hukum atau gagal memenuhi harapan publik. Ini menunjukkan bahwa memilih pemimpin yang populer belum tentu menghasilkan kepemimpinan yang baik.
Bagaimana Cara Menilai Adabilitas Seorang Calon?
Menilai adabilitas seorang pemimpin mungkin tidak semudah melihat angka elektabilitas dalam survei, namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Berikut adalah beberapa cara untuk mengevaluasi adabilitas calon pemimpin:
- Perhatikan Cara Mereka Berbicara Calon pemimpin yang memiliki adabilitas tinggi akan selalu berbicara dengan santun, tidak menyebarkan kebencian atau provokasi. Mereka juga tidak mudah terjebak dalam konflik emosional dan selalu berusaha mencari solusi yang adil.
- Amati Kebijakan yang Ditawarkan Pemimpin yang beradab akan menawarkan kebijakan yang memihak rakyat, bukan hanya janji-janji bombastis tanpa dasar. Kebijakan mereka mencerminkan kepedulian terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan kesejahteraan umum.
- Perhatikan Etika dalam Berpolitik Jika calon pemimpin terlibat dalam politik kotor, seperti politik uang atau kampanye hitam, hal ini bisa menjadi indikator rendahnya adabilitas mereka.
Pemilihan pemimpin yang tepat sangat penting untuk masa depan bangsa. Meskipun elektabilitas penting sebagai tolok ukur popularitas, adabilitas adalah kunci sejati dalam menilai kualitas kepemimpinan seseorang. Pemimpin yang beradab akan membawa stabilitas, keadilan, dan kemajuan bagi masyarakat. Sebaliknya, pemimpin yang hanya mengandalkan elektabilitas tanpa fondasi etika dan moral yang kuat, cenderung mengecewakan dan berpotensi menimbulkan masalah di masa depan.
Oleh karena itu, dalam pemilu mendatang, kita harus lebih cermat dan bijak. Jangan hanya terfokus pada siapa yang paling populer, tapi pilihlah pemimpin yang memiliki adabilitas untuk membangun bangsa yang lebih baik. @indonesiabuzz