IndonesiaBuzz: Madiun, 23 Juli 2024 – Wakil Wali Kota Madiun periode 2019 – 2024, Inda Raya Ayu Miko Saputri Bersama suami, R. Bagus Adhitama, dan sejumlah kerabat, berziarah ke Makam Kiai Ageng Reksogati di Desa Sidomulyo, Kecamatan Sawahan, Kabupaten Madiun, Senin (22/7/2024) sore.
Selain itu, Inda Raya juga didampingi seorang Pemerhati Budaya dan Sejarah asal Kota Madiun, Kanjeng Pangeran (KP) Hari Andri Winarso Wartonagoro.
Lalu, siapakah Kiai Ageng Reksogati?
Ditemui secara terpisah, KP. Hari Andri Winarso Wartonagoro menyebutkan, Kiai Ageng Reksogati adalah tokoh yang babat desa Sogaten. Tak hanya desa Sogaten, beliau juga merupakan cikal bakal Kadipaten Purabaya, yang saat ini dikenal sebagai Madiun.
“Kiai Ageng Reksogati itu seorang ulama yang diutus oleh Sultan Demak untuk menyebarkan agama Islam di Purabaya atau sekarang dikenal dengan nama Madiun. Selain itu, beliau juga ditugaskan sebagai wakil Sultan Demak di wilayah ini,” ujar Kanjeng Andri, sapaan akrabnya.

Lebih lanjut, Kanjeng Andri menjelaskan bahwa kisah ketokohan Kiai Ageng Reksogati ini berawal dari masa runtuhnya Kerajaan Majapahit dan awal kejayaan Kesultanan Demak pada sekitar tahun 1478 M. Pada masa itu, di wilayah Madiun sekarang terdapat Kadipaten Gegelang, dengan penguasanya yang bernama Raden Adipati Gugur.
“Raden Adipati Gugur ini adalah putra atau menantu Prabu Brawijaya dari Majapahit. Beliau memperistri putri dari Gegelang dan memiliki putri yang bernama Raden Ayu Retno Lembah,” jelas Kanjeng Andri.
Setelah runtuhnya Majapahit, Sultan Demak pada masa itu, yakni Raden Patah, berusaha memperluas kekuasaan Demak di daerah timur, termasuk Kadipaten Gegelang. Kemudian, Pangeran Surya Pati Unus yang merupakan putra Raden Patah mempersunting Raden Ayu Retno Lembah. Surya Pati Unus pun menggantikan Raden Adipati Gugur sebagai Adipati Gegelang.
“Dengan Surya Pati Unus menggantikan Raden Adipati Gugur, maka misi Kesultanan Demak untuk menguasai wilayah Kadipaten Gegelang sudah tercapai,” terang kerabat Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu. “Sementara, menurut cerita tutur, Raden Adipati Gugur memilih untuk menjadi pertapa, dan konon moksa di lereng gunung lawu,” imbuhnya.
Pangeran Surya Pati Unus pun memindahkan pusat kerajaan ke wilayah pinggir bengawan Solo (Sogaten), karena dipandang lebih strategis. Beliau berkuasa di Purabaya hingga tahun 1518.
Kemudian, pada tahun 1518, Surya Pati Unus harus kembali ke Demak untuk naik tahta menjadi Sultan Demak. Sayangnya, Surya Pati Unus gugur saat memimpin pasukan Demak menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1521 M. Oleh sebab itu, Surya Pati Unus pun memperoleh julukan sebagai Pangeran Sabrang Lor. Selanjutnya, kepemimpinan Surya Pati Unus sebagai Sultan Demak digantikan oleh Sultan Trenggana.
“Kesultanan Demak akhirnya mengutus Kiai Reksogati untuk mengawasi dan menyebarkan Agama Islam di wilayah Purabaya, yang berpusat di Desa Sogaten, Sidomulyo dan sekitarnya,” kata Kanjeng Andri. “Beliau juga mendirikan sebuah pondok pesantren di wilayah yang sekarang disebut Sogaten,” pungkasnya. @wara-e