IndonesiaBuzz: Solo, 18 Juni 2025 — Pemerintah Kota Surakarta secara resmi menetapkan Tugu Pemandengan sebagai titik nol kilometer Kota Solo, memperkuat kembali jejak sejarah penting Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dalam tata ruang dan orientasi kota.
Tugu yang berada di antara Pasar Gede dan Balai Kota Solo ini merupakan peninggalan masa pemerintahan Pakubuwono VI hingga Pakubuwono X, dua sosok penting dalam sejarah Kraton Surakarta. Mengutip laman resmi surakarta.go.id, tugu ini dahulu menjadi titik pandang utama Raja Surakarta ketika duduk di Bangsal Pagelaran (Sitihinggil), pusat kegiatan simbolik dan spiritual kraton.
“Tugu ini tidak hanya penanda ruang, tetapi juga bagian dari sistem simbolik kraton. Di masa lalu, Sri Sunan menggunakan titik ini sebagai titik meditasi dan perenungan kekuasaan,” demikian dikutip dari penjelasan sejarah yang dimuat di situs Pemkot Solo.
Lebih dari fungsi visual dan spiritual, Tugu Pemandengan mencerminkan filosofi kosmologi budaya Jawa. Lokasinya yang menghadap timur ke arah Pasar Gede mencerminkan keduniawian dan aktivitas ekonomi, sedangkan arah barat yang mengarah ke Masjid Agung Surakarta melambangkan kedekatan dengan Tuhan. Kedua orientasi tersebut menegaskan posisi Raja sebagai pemimpin dunia sekaligus spiritual, sesuai ajaran kosmologi Jawa yang dijunjung tinggi oleh Kraton.
Keberadaan tugu ini juga menjadi bagian dari poros penguasaan ruang sejak masa kolonial, saat pusat pemerintahan Belanda berada di lokasi Balai Kota yang sekarang. Dengan kata lain, Kraton Surakarta telah memainkan peran sentral dalam membentuk orientasi tata kota Solo, jauh sebelum sistem pemerintahan modern terbentuk.
Namun, seiring waktu, makna historis Tugu Pemandengan nyaris terlupakan. Banyak warga tidak mengetahui nilai budaya dan sejarahnya, menganggapnya hanya sebagai bangunan kecil di tengah kota.
Untuk mengatasi hal itu, pada tahun 2016, Pemerintah Kota Solo melakukan penataan ulang kawasan Tugu Pemandengan. Penataan ini bertujuan menegaskan statusnya sebagai titik nol kilometer sekaligus menjadikannya sebagai ikon kota yang sarat nilai budaya.
Saat ini, keberadaan Tugu Pemandengan tak hanya menjadi penanda geografis, tetapi juga menjadi simbol keterkaitan erat antara kekuasaan tradisional Kraton Surakarta dan pembangunan Kota Solo modern. Pemerintah berharap, melalui pelestarian ini, masyarakat dapat kembali mengenali akar sejarah kotanya yang kuat dan penuh makna.