IndonesiaBuzz: Kuliner – Sebuah warisan kuliner yang kaya sejarah dan cita rasa, rawon telah menjadi salah satu hidangan ikonik yang membanggakan Jawa Timur. Konon, jejak rawon dapat ditelusuri hingga zaman Kerajaan Majapahit, terungkap melalui Prasasti Taji (901 M) di Ponorogo, Jawa Timur. Dalam prasasti tersebut, rawon disebut dengan nama “Rarawwan,” membuktikan bahwa hidangan ini telah lama menghiasi meja makan para penduduk setempat.
Menurut catatan dalam Serat Wulangan Olah-olah Warna-warni (1926), rawon bahkan menjadi hidangan para raja-raja pada masa lampau. Awalnya, rawon diolah dengan daging kerbau, namun seiring berjalannya waktu, daging sapi menjadi pilihan yang lebih umum dan mudah ditemukan. Proses memasaknya yang lambat dan campuran rempah-rempah khas menciptakan kelembutan daging dan rasa kaldu yang meresap sempurna.
Keunikan rawon tidak hanya terletak pada bahan utamanya, tetapi juga pada penggunaan keluak. Di dalam sup terenak di dunia ini, keluak memberikan warna hitam pekat yang menjadi ciri khas rawon. Tanpa keluak, rawon hanyalah sebuah sup biasa. Namun, perlu diingat bahwa keluak yang tidak diolah dengan baik dapat menjadi beracun, sehingga sangat penting untuk memastikan keluak dimasak dengan benar sebelum dikonsumsi.
Dalam satu piring rawon, Anda akan menemukan potongan daging sapi yang lembut, tauge segar, taburan bawang goreng yang harum, kerupuk udang yang renyah, telur asin, dan tentu saja, kuah sup yang hitam pekat. Kelezatan rawon terletak pada perpaduan kuah yang kaya rempah, daging yang lembut, dan tambahan telur asin yang gurih. Tidak ketinggalan kesegaran tauge yang menyempurnakan setiap suapan, menciptakan pengalaman makan yang tak terlupakan.
Rawon, selain menjadi hidangan lezat yang memanjakan lidah, juga membawa kita kembali ke masa lalu, merayakan sejarah panjang dan kekayaan kuliner Jawa Timur. Dengan setiap suapan, kita tidak hanya menikmati cita rasa yang istimewa, tetapi juga menghormati warisan yang telah dilestarikan dengan penuh kecintaan oleh masyarakat setempat.