IndonesiaBuzz: Selasa, 25 Maret 2025 – Banjir besar yang melanda sejumlah kota di pesisir Jawa Tengah pada awal tahun 2024 memicu spekulasi tentang kemungkinan kembalinya Selat Muria, yang telah hilang sejak sekitar 300 tahun lalu.
Dahulu, Selat Muria memisahkan Pulau Jawa dengan Gunung Muria. Namun, seiring waktu, selat tersebut mengalami sedimentasi hingga akhirnya menjadi daratan.
Faktor Penurunan Tanah dan Spekulasi Kembalinya Selat Muria
Pakar geologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Eko Soebowo, menegaskan bahwa meskipun wilayah tersebut mengalami penurunan tanah yang signifikan, banjir yang melanda kota-kota seperti Demak, Pati, Semarang, dan Kudus bukanlah faktor utama yang dapat menghidupkan kembali Selat Muria.
“Penurunan muka tanah di Semarang, Demak, dan sekitarnya terjadi dengan variasi yang berbeda, bahkan mencapai 10 sentimeter per tahun, terutama di wilayah Semarang Timur,” jelas Eko.
Ia menjelaskan bahwa penyebab utama penurunan tanah ini terbagi menjadi dua faktor:
- Faktor alami: Karakteristik tanah sedimen muda yang secara alami mengalami penurunan sekitar 1 sentimeter per tahun serta aktivitas tektonik yang berdampak kecil, hanya beberapa milimeter per tahun.
- Faktor antropogenik: Aktivitas manusia seperti pembangunan infrastruktur di atas tanah lunak yang menyebabkan penurunan sekitar 1 sentimeter per tahun, serta eksploitasi air tanah yang menjadi faktor dominan dengan dampak hingga 7-8 sentimeter per tahun.
Selain penurunan tanah, kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim juga dapat meningkatkan kemungkinan terbentuknya kembali Selat Muria di masa depan. Namun, Eko menegaskan bahwa banjir bukan penyebab utama dari potensi kembalinya selat tersebut.
Banjir Justru Mempercepat Sedimentasi
Menurut Eko, banjir justru membawa material sedimen yang mengendap dan membuat daratan semakin tinggi.
“Banjir mengisi sedimentasi di daerah selat tersebut. Sungai-sungai yang bermuara di Pantura membawa material yang menyebabkan pendangkalan, bukan membentuk selat baru,” ujarnya.
Dengan demikian, meskipun banjir dan penurunan tanah terus terjadi, terbentuknya kembali Selat Muria masih merupakan spekulasi yang belum terbukti secara ilmiah.