IndonesiaBuzz: Semarang, 20 Maret 2025 – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus mengeksplorasi berbagai potensi daerah guna menarik lebih banyak investor di sektor industri, perdagangan, dan pariwisata. Langkah ini bertujuan untuk memastikan roda perekonomian terus berjalan dan mendorong pertumbuhan industri di Jawa Tengah agar sejajar dengan provinsi-provinsi maju di Tiongkok.
Gubernur Jawa Tengah, Luthfi, menegaskan komitmennya dalam memberikan jaminan keamanan dan kemudahan bagi para investor yang ingin menanamkan modalnya di wilayah tersebut.
“Kami ingin industri di Jawa Tengah maju seperti di Tiongkok. Oleh karena itu, kami akan memberikan kepastian hukum dan fasilitas yang memudahkan investor,” ujarnya Rabu (19/3) malam dilansir dari Antara .
Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Wang Lutong, turut mengapresiasi upaya yang dilakukan Pemprov Jateng dalam menarik investor. Ia menegaskan bahwa akan ada banyak kesepakatan yang bisa dicapai ke depannya.
“Kami telah mencapai kesepakatan terutama mengenai agenda peresmian Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Batang. Kami akan mendatangkan semakin banyak investor ke Indonesia, terutama ke Jawa Tengah,” kata Wang.
Menurut Wang, Indonesia merupakan salah satu tujuan utama investasi dari Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir. Ribuan proyek telah dibangun melalui investasi Tiongkok di Indonesia, termasuk di Jawa Tengah. Ia juga menambahkan bahwa pihaknya akan mengikuti dan menyesuaikan kebutuhan investasi sesuai dengan permintaan dari Pemprov Jateng, demi meningkatkan kerja sama yang lebih erat di masa depan.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jawa Tengah, Sakina Rosellasari, mengungkapkan bahwa Tiongkok merupakan salah satu negara dengan kontribusi investasi terbesar di provinsi tersebut. Pada 2024, dari total investasi senilai Rp88,44 triliun di Jawa Tengah, 16 persen berasal dari investor asal Tiongkok.
“Sejumlah sektor yang menjadi sasaran utama investasi Tiongkok di Jateng tahun ini meliputi industri tekstil sebesar 49 persen, karet dan plastik 15 persen, barang dari kulit dan alas kaki 10 persen, perdagangan dan reparasi 3 persen, industri kayu 3 persen, serta sektor lainnya sebesar 20 persen,” ungkap Sakina.