IndonesiaBuzz: Madiun, 12 April 2025 – Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) Mobile Yonif 501/BY kembali menunjukkan pendekatan humanisnya di wilayah Papua.
Pada Jumat, anggota Satgas melaksanakan penjemputan terhadap keluarga Yeremias Fumair, salah satu anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), yang memilih meninggalkan hutan dan kembali bergabung dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Penjemputan berlangsung di Dermaga Fuog, Distrik Aifat Selatan, Kabupaten Maybrat, Papua Barat Daya.
Kegiatan ini merupakan hasil nyata dari pendekatan persuasif yang dilakukan Satgas 501 melalui pembangunan infrastruktur dan interaksi sosial yang intens, termasuk pembangunan Jembatan Fuog yang kini menjadi akses vital bagi masyarakat dan eks anggota KKB yang tinggal di hutan.
Proses penjemputan dilakukan dengan pengamanan terbuka dan komunikasi aktif dengan warga sekitar untuk menjaga suasana tetap kondusif.
Setibanya di dermaga, istri dan anak Yeremias disambut hangat oleh prajurit Satgas. Pemeriksaan kesehatan dilakukan lebih dulu sebagai bentuk perhatian terhadap kondisi fisik keluarga tersebut.
Selanjutnya, dilakukan penandatanganan pernyataan setia kepada NKRI oleh keluarga Yeremias.
Prosesi ini disaksikan oleh aparat kampung, tokoh masyarakat, dan personel TNI, sebagai simbol komitmen untuk kembali hidup damai dalam bingkai negara.
Sebagai wujud empati dan dukungan, Satgas Yonif 501/BY juga menyerahkan paket sembako yang berisi kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula, dan bahan makanan lainnya.
Bantuan tersebut disambut positif dan haru oleh keluarga yang baru saja meninggalkan hutan.Dansatgas Pamtas Mobile Yonif 501/BY, Letkol Inf Yakhya Wisnu A. S.Sos., M.Han., menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi membangun perdamaian yang berkelanjutan di Papua.
“Kami hadir bukan hanya sebagai penjaga keamanan, tetapi juga sebagai bagian dari masyarakat. Kami percaya pendekatan kekeluargaan dan kemanusiaan adalah cara terbaik membangun kepercayaan,” ungkapnya, Sabtu (12/4/2025).
Seluruh rangkaian kegiatan berjalan tertib, aman, dan penuh kehangatan. Satgas berharap momentum ini menjadi titik awal yang baik untuk membuka ruang dialog lebih luas serta mendorong kelompok lain di hutan untuk mengikuti langkah serupa.
Upaya ini membuktikan bahwa pendekatan non-kekerasan mampu membuka jalan perdamaian dan menumbuhkan kembali rasa persatuan di wilayah rawan konflik.