Oleh: KP. H. Andri Winarso Wartonagoro (Jurnalis, Pemerhati Budaya)
IndonesiaBuzz: Opini – Moksa dalam tradisi Hindu dikenal sebagai kondisi spiritual tertinggi, yaitu kebebasan dari keterikatan duniawi dan penyatuan jiwa dengan kebenaran sejati atau Brahman. Namun, apa jadinya jika konsep moksa diterapkan dalam konteks politik?
“Moksa Politik” bisa menjadi ide segar yang menggambarkan kebebasan dari ambisi kekuasaan, manipulasi, dan kepentingan pragmatis yang sering membelenggu para politisi dan sistem pemerintahan.
Lalu, bagaimana penerapan konsep moksa dalam ranah politik dapat mengubah paradigma kekuasaan menuju kepemimpinan yang lebih murni dan etis?
Mari kita simak apa yang dimaksud dengan moksa politik dan bagaimana relevansinya dalam kondisi sosial-politik masa kini.
Apa Itu Moksa Politik?
Secara harfiah, moksa berarti pelepasan dari keterikatan. Dalam politik, konsep ini bisa diartikan sebagai kemampuan seorang pemimpin atau aktor politik untuk melepaskan diri dari hasrat kekuasaan dan ambisi pribadi.
Moksa politik adalah upaya untuk mencapai kesadaran tinggi dalam menjalankan pemerintahan dan membuat kebijakan, di mana kepentingan rakyat dan kebenaran menjadi prioritas utama.
Seorang politisi yang mengamalkan moksa politik tidak lagi terjebak dalam permainan kuasa, kampanye manipulatif, atau politik transaksional. Ia tidak melihat kekuasaan sebagai tujuan akhir, tetapi sebagai sarana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat.
Kebebasan dari Siklus Samsara Politik
Dalam dunia politik, banyak pemimpin dan partai terjebak dalam samsara kekuasaan—siklus ambisi, pencitraan, dan manuver politik yang tak berkesudahan. Reinkarnasi politik terlihat dalam bentuk pergantian kekuasaan yang sering kali hanya berputar di antara elit yang sama, tanpa ada perubahan substansial.
Seperti halnya moksa dalam Hindu memutus siklus reinkarnasi, moksa politik dapat memutus siklus kekuasaan yang tidak sehat. Dengan melepaskan diri dari obsesi terhadap jabatan dan ambisi pribadi, pemimpin dapat berfokus pada upaya tulus untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat dan menciptakan kebijakan yang berkelanjutan.
Tantangan Mencapai Moksa Politik
Mengamalkan moksa politik bukan perkara mudah, terutama dalam ekosistem politik modern yang penuh dengan intrik dan kepentingan. Beberapa tantangan utama untuk menerapkan moksa politik di antaranya:
- Godaan Kekuasaan dan Kekayaan: Jabatan publik sering kali diiringi dengan fasilitas dan keuntungan ekonomi, sehingga sulit bagi politisi untuk melepaskan diri dari ambisi kekuasaan.
- Sistem Politik Transaksional: Lingkungan politik yang berbasis patronase dan politik uang membuat praktik idealisme sulit diterapkan. Kepemimpinan yang tulus dan etis sering kali dianggap naif dalam situasi ini.
- Tekanan Publik dan Media: Politisi dihadapkan pada tuntutan publik untuk selalu tampil sempurna dan responsif, yang bisa menggeser fokus dari pelayanan tulus menjadi sekadar pencitraan.
Ciri-Ciri Pemimpin yang Menerapkan Moksa Politik
Moksa politik tidak sekadar berarti mundur dari arena politik atau menghindari jabatan. Justru, seorang pemimpin yang menerapkan konsep ini mampu menunjukkan integritas dan ketulusan dalam bertindak. Berikut beberapa ciri pemimpin yang berhasil mencapai moksa politik:
- Mengutamakan Kepentingan Publik
Semua keputusan dan kebijakan berpusat pada kepentingan masyarakat tanpa memikirkan keuntungan pribadi atau golongan tertentu.
- Tidak Terobsesi Jabatan
Pemimpin dengan moksa politik tidak memandang jabatan sebagai tujuan, melainkan sebagai amanah sementara yang harus dipertanggungjawabkan dengan bijak.
- Bersikap Netral dan Tidak Berafiliasi dengan Kepentingan Pribadi
Ia mampu menjaga jarak dari kepentingan pragmatis kelompok tertentu dan tetap fokus pada kebenaran dan keadilan.
Contoh Relevansi Moksa Politik di Indonesia
Indonesia, dengan sistem demokrasi dan budaya politiknya yang dinamis, sangat membutuhkan pemimpin yang berpegang teguh pada konsep moksa politik.
Dalam konteks pemilihan kepala daerah, pemimpin yang telah mencapai moksa politik akan lebih fokus pada pelayanan daripada sekadar kemenangan elektoral. Contoh ideal adalah sosok yang berani mengambil keputusan tidak populer demi kepentingan jangka panjang masyarakat, meskipun hal tersebut berisiko bagi karier politiknya.
Selain itu, moksa politik bisa menjadi solusi bagi para politisi yang ingin mengakhiri karier politik dengan terhormat. Bukannya berusaha mempertahankan kekuasaan hingga akhir hayat, mereka memilih legowo untuk menyerahkan estafet kepemimpinan kepada generasi baru.
Kesimpulan: Moksa Politik sebagai Jalan Kebijaksanaan
Moksa politik adalah konsep yang relevan dan mendalam untuk diterapkan dalam dunia politik modern. Ini bukan sekadar pelepasan kekuasaan, tetapi kebijaksanaan untuk melepaskan diri dari belenggu ambisi pribadi dan fokus pada pengabdian tulus kepada masyarakat.
Dalam dunia yang semakin penuh dengan godaan kekuasaan dan manipulasi, moksa politik menawarkan jalan spiritual untuk mencapai kepemimpinan yang bijak, adil, dan berkelanjutan.
Menerapkan konsep ini membutuhkan keberanian dan kesadaran tinggi, tetapi jika semakin banyak pemimpin dan politisi mengamalkannya, Indonesia akan semakin dekat dengan cita-cita negara yang adil dan makmur.
Mari berharap agar semakin banyak politisi dan pemimpin yang menemukan kebijaksanaan dalam moksa politik demi masa depan bangsa yang lebih baik. @indonesiabuzz