Oleh: KRA. H. Andri Winarso Wartonagoro (Jurnalis, Pemerhati Budaya)
IndonesiaBuzz: Pelestarian budaya lokal adalah tanggung jawab suci yang harus diemban oleh pemerintah dan masyarakat sebuah negara. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, sebuah tren yang merisaukan telah muncul di beberapa wilayah: membangun duplikat monumen megah dari negara lain, yang seakan sebagai pengganti upaya pelestarian budaya lokal yang sesungguhnya. Praktik ini tidak hanya mengaburkan identitas budaya asli, tetapi juga menjadikan nisan bagi kekayaan budaya yang seharusnya dijaga dan dihargai.
Budaya adalah cerminan jiwa dan sejarah suatu masyarakat. Ia adalah warisan yang telah diperjuangkan oleh nenek moyang kita dan diwariskan kepada kita sebagai anugerah berharga. Namun, tampaknya ada pemerintah daerah yang lebih tertarik untuk membangun replika monumen terkenal dari luar negeri daripada menjaga situs-situs bersejarah dan tradisi lokal yang mungkin kurang dikenal tetapi tak kalah pentingnya.
Salah satu contoh yang mencolok adalah pembangunan replika patung Merlion Singapura di tengah-tengah sebuah kota kecil yang memiliki sejarah dan budaya yang kaya. Apa yang seharusnya menjadi tempat pelestarian budaya lokal berubah menjadi daya tarik wisata “eksotis” yang justru meredam identitas asli masyarakat setempat. Ironisnya, sumber daya yang dihabiskan untuk membangun duplikat ini mungkin bisa lebih bermanfaat jika digunakan untuk memperbaiki dan melestarikan situs-situs bersejarah lokal yang sudah mulai pudar.
Penting untuk diingat bahwa membangun duplikat monumen dari negara lain hanya menciptakan ilusi budaya. Ini bukanlah pelestarian budaya yang sebenarnya, tetapi lebih mirip dengan replika yang tidak memiliki jiwa dan sejarah yang terkait dengan tempat tersebut. Budaya lokal haruslah menjadi fokus utama pelestarian, karena inilah yang membedakan suatu masyarakat dari yang lain.
Praktik membangun duplikat monumen ini juga dapat mengurangi keunikan dan keragaman budaya di seluruh dunia. Seharusnya kita merayakan perbedaan dan kekayaan budaya yang ada, bukan mencoba mengubah setiap kota menjadi replika satu sama lain. Budaya adalah sumber kebanggaan dan identitas; menggantinya dengan replika dari tempat lain adalah tindakan yang merugikan.
Pemerintah daerah harus memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai sejati dari pelestarian budaya lokal. Mereka harus lebih berinvestasi dalam upaya melestarikan situs-situs bersejarah, tradisi unik, dan seni rupa yang ada di wilayah mereka. Ini akan memberikan dampak jauh lebih positif bagi masyarakat lokal, wisatawan, dan generasi mendatang.
Membangun duplikat monumen dari negara lain sebagai nisan kuburan budaya lokal adalah tindakan yang merusak. Ini menghilangkan esensi dan kebermaknaan dari warisan budaya yang seharusnya dijaga dengan penuh rasa hormat. Saatnya bagi pemerintah daerah untuk berpikir lebih bijak dan mengalihkan fokus mereka pada upaya pelestarian yang sejati, demi kekayaan budaya yang tak ternilai. @wartonagoro