Kraton Surakarta merupakan penerus tertua Kesultanan Mataram Islam yang terletak di kota Surakarta, Jawa Tengah. Kraton ini merupakan pusat pemerintahan dan budaya Kasunanan Surakarta yang telah berdiri sejak tahun 1745.
Sebagai sebuah kerajaan yang berdasarkan pada ajaran Agama Islam dan Jawa, dalam rangka merayakan Hari Raya Idul Fitri 1444 Hijriah/2023 Masehi, Kraton Surakarta menggelar tradisi Sungkeman Pangabekten, salah satu warisan budaya Jawa yang masih dilestarikan hingga saat ini.
Sungkeman Pangabekten sendiri merupakan upacara sungkeman yang dilakukan oleh para Sentono dan Abdi Dalem Kraton Surakarta kepada Sang Raja Surakarta SISKS Pakoe Boewono (PB) XIII, beserta Prameswari Dalem Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakoe Boewono di hari raya Idul Fitri.
Dari pantauan langsung JatengBuzz.com di Kraton Surakarta, Senin (2/5/2023), tampak para Sentono dan Abdi Dalem dengan khidmat mengikuti rangkaian acara Sungkeman Pangabekten. Diiringi dengan alunan gamelan, ratusan orang yang mengenakan busana tradisional Jawa tersebut berbaris rapi untuk menghaturkan sungkem kepada Sang Raja dan Permaisuri. Pun semerbak aroma dupa kian menambah nuansa sakral di Sasana Narendra, tempat digelarnya acara tersebut.
Tampak hadir dalam acara tersebut, Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Alit, yang merupakan Kakak Perempuan PB XIII, hadir pula sejumlah adik SISKS Pakoe Boewono XIII, diantaranya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Adipati Dipo Kusumo, KGPH Adipati Benowo, GRAy Koes Rahmaniyah, GRAy Koes Sapardiyah, GRAy Koes Raspiyah, dan GRAy Koes Soewiyah. Selain itu, Putra Mahkota Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom (KGPAA) Hamangkunegoro Sudibya Rajaputra Narendra Mataram, serta Putri Dalem Pakoe Boewono XIII, Gusti Raden Ayu (GRAy) Putri Purnaningrum juga mengikuti jalannya prosesi Sungkeman Pangabekten.
Pengageng Parentah Kraton Surakarta, KGPH. Adipati Dipo Kusumo mengungkapkan, Ngabekten merupakan salah satu tradisi yang diwarisi dari leluhur Kraton Surakarta. Selain itu, tradisi ini juga memiliki nilai-nilai dasar filosofi kehidupan yang mendalam, seperti saling mengingatkan, saling mendoakan, serta saling memaafkan.
“Tradisi ini oleh masyarakat umum lebih dikenal dengan Halal Bihalal,” ujar KGPH. Adipati Dipo Kusumo saat ditemui usai kegiatan.
Menurutnya, melalui tradisi ini, diharapkan masyarakat dapat memperkuat satu sama lain dan memahami sumber budaya yang berada di Kraton Surakarta.
“Dari itu semua diharapkan kita tetap memiliki jati diri dari sumber budaya yang berada di Kraton Surakarta dan mudah-mudahan bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari,” pungkasnya.
Gelaran Ngabekten di Kraton Surakarta tidak hanya menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya Jawa, namun juga menjadi media untuk mempererat hubungan antara abdi dalem dan Sang Raja Surakarta. Tradisi ini dapat menjadi salah satu alternatif wisata budaya yang menarik bagi wisatawan yang ingin memperdalam budaya Jawa. @JatengBuzz