IndonesiaBuzz: Peristiwa – Netizen ramai membahas kelayakan menu Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dinilai belum memenuhi standar gizi. Perdebatan ini bermula dari unggahan di akun X (Twitter) @bai****i pada Selasa (7/1/2025), yang menunjukkan foto menu MBG. Menu tersebut terdiri dari nasi, dua potong ayam fillet goreng, tahu goreng, sepotong kecil buah semangka, dan susu kemasan. Unggahan ini telah dilihat lebih dari 3 juta kali dan mengundang ribuan komentar.
Kritik Netizen: Minim Sayuran dan Tinggi Gula
Mayoritas komentar menyayangkan kurangnya komponen gizi seimbang pada menu MBG, seperti ketiadaan sayuran dan minimnya buah. Netizen juga menyoroti penggunaan susu kemasan yang dianggap mengandung gula tinggi.
“Kurang banget. Fokus makanan bergizi itu ada di protein dan vitamin. Ini kayaknya daging sama tepungnya lebih banyak tepungnya, digoreng pula. Sayurnya tidak ada, buah secuil,” tulis salah satu pengguna.
“Sayurnya mana ya? Susu kemasan gitu bukannya banyak gulanya ya? Masak tiap hari anak dikasih susu kemasan? Batuk yang ada,” imbuh pengguna lain.
Komentar-komentar ini mempertanyakan kesesuaian menu MBG dengan konsep makanan bergizi seimbang.
Konsep “Isi Piringku” dan Evaluasi dari Pemerintah
Sesuai panduan “Isi Piringku”, makanan bergizi harus mencakup karbohidrat, protein, lemak, sayur, dan buah dalam porsi seimbang. Namun, kritik warganet menyoroti adanya kekurangan pada menu yang disajikan.
Menanggapi hal ini, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, menjelaskan bahwa menu MBG telah dirancang oleh ahli gizi sesuai standar. Namun, ia mengakui kritik dari masyarakat akan menjadi bahan evaluasi.
“Evaluasi dilakukan setiap hari, dan kami memastikan menu MBG terus ditingkatkan,” ujar Dadan pada Rabu (8/1/2025). Ia menambahkan bahwa penggunaan susu kemasan ditujukan untuk daerah non-produsen susu segar, seperti wilayah yang tidak memiliki sentra sapi perah.
Pendapat Ahli Gizi: Kurangnya Sayur dan Risiko Gula Berlebih
Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia, Inge Permadhi, turut memberikan pandangan terkait menu MBG. Menurutnya, menu yang viral tersebut masih kekurangan sayuran.
“Satu piring makan idealnya dilengkapi karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, serta buah. Sayur bisa diolah menarik agar anak-anak lebih berminat mengonsumsinya,” ujar Inge.
Ia juga mengingatkan risiko konsumsi gula berlebih dari susu kemasan manis yang dapat memicu obesitas dan penyakit tidak menular, seperti diabetes. Untuk itu, konsumsi makanan manis lainnya disarankan dikurangi jika susu kemasan tetap digunakan.
Pengolahan makanan juga diharapkan lebih bervariasi dan tidak selalu digoreng guna mengurangi kadar lemak berlebih.
“Inovasi menu yang menarik, higienis, dan berbasis kearifan lokal penting untuk meningkatkan antusiasme anak-anak terhadap program MBG,” tambahnya.
Pentingnya Perbaikan Menu MBG
Kritik masyarakat atas menu MBG menjadi masukan berharga bagi pemerintah. Diharapkan, perbaikan pada variasi menu dan kandungan gizi dapat memastikan program ini benar-benar mendukung kesehatan anak-anak bangsa. Dengan evaluasi berkelanjutan, program MBG diharapkan mampu memenuhi standar gizi yang seimbang dan meningkatkan kesejahteraan generasi mendatang.