IndonesiaBuzz: Magetan, Minggu (30/7/2023) – Sebuah foto yang menampilkan enam santriwati berjilbab biru tua dan berbaju merah, mengenakan rok biru tua, serta membawa senjata api tengah menjadi viral di media sosial. Foto tersebut pertama kali diposting oleh Penulis Islah Bahrawi di akun Instagram pribadinya pada Jumat (28/7/2023).
Foto tersebut diduga berasal dari Pondok Pesantren Baitul Quran Al Jahra di Kelurahan Tawanganom, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan. Meski belum terkonfirmasi sepenuhnya, foto ini menimbulkan beragam pertanyaan mengenai pendidikan yang diberikan kepada para santri.
Tampak pada foto tersebut, para santriwati memegang senjata laras panjang dan mengenakan rompi anti peluru, yang kemungkinan merupakan replika. Isu mengenai jenis pendidikan yang diberikan kepada anak-anak pun menjadi sorotan, apakah melibatkan pelajaran strategi dan kemampuan perang (I’dad), ataukah latihan fisik dengan senjata pembunuh artifisial. Tujuan sebenarnya dari pendidikan semacam ini pun menjadi tanda tanya besar.
Banyak pihak mengkhawatirkan bahwa pendidikan semacam ini hanya akan menanamkan glorifikasi perang pada generasi muda. Seharusnya, pendidikan bertujuan untuk memajukan agama melalui ilmu pengetahuan dan bukan dengan mengajarkan keterampilan perang.
Islah Bahrawi, dalam captionnya menulis, “Anak-anakku, agama diturunkan oleh Tuhan bukan untuk berperang, melainkan agar kita saling mengenal satu sama lain dengan segala perbedaan dalam penciptaan Tuhan atas manusia. Senjata dan perang hanya akan memundurkan peradaban. Mari majukan agama kita dengan akhlak, rahmat, dan ilmu pengetahuan. Bukan dengan keahlian perang.”
Menanggapi viralnya foto tersebut, Ketua Harian Yayasan Pondok Pesantren Baitul Quran Al Jahra, Magetan, Isgianto, menyatakan bahwa foto itu merupakan bagian dari promosi ekstrakurikuler air soft gun. Dia menjelaskan bahwa kegiatan ini telah dipelajari secara legal formal dan bekerja sama dengan ahli terkait simulasinya. Rencananya, ekstrakurikuler air soft gun ini akan dijadikan salah satu kegiatan di madrasah aliyah.
Namun, mengingat beragam opini dan pandangan masyarakat terkait foto ini, pihak Pondok Pesantren Baitul Quran Al Jahra berjanji untuk mengkaji ulang keputusan tersebut. Saat ini, ekskul air soft gun tersebut belum resmi dibuka dan belum ada peralatan milik pondok pesantren. Semua peralatan yang digunakan dalam simulasi berasal dari pelatih asal Surakarta.
Isgianto menyatakan, “Ya nanti dikaji ulang ya. Yang jelas kalau kegiatan kami semua ini kami laksanakan sesuai Undang-undang yang berlaku. Kami juga berada di bawah Kementerian Agama yang turut membimbing kami dalam melaksanakan kegiatan apapun.”
Awalnya, pemilihan ekstrakurikuler air soft gun bertujuan untuk melatih konsentrasi para santri. Pasalnya, konsentrasi yang tinggi dibutuhkan saat menghafal Al-Qur’an, dan kegiatan air soft gun dianggap sebagai sarana untuk melatih hal tersebut.
Meskipun terdapat penjelasan mengenai tujuan dan legalitas kegiatan ini, isu mengenai pendidikan dan penggunaan senjata api pada santri tetap menjadi sorotan dan menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Pihak berwenang diharapkan dapat mengklarifikasi dan memastikan bahwa pendidikan yang diberikan kepada generasi muda tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. @IndonesiaBuzz