Indonesiabuzz.com : Karanganyar, 7 Januari 2025 – Cemoro Sewu dan Cemoro Kandang sudah menjadi destinasi wisata bagi masyarakat Jawa Timur (Jatim) maupun Jawa Tengah (Jateng), karena dua tempat tersebut berada di perbatasan Jatim dengan Jateng. Tempat wisata yang berada di kaki gunung Lawu tersebut menjadi favorit bagi semua kalangan, dari muda – mudi, sampai sebagai wisata keluarga. Bagaimana tidak, didukung dengan hawa yang begitu sejuk bahkan bisa tergolong dingin, membuat banyak pengunjung betah untuk berlama – lama di lokasi tersebut meskipun hanya untuk sekedar ngopi dan makan.
Contohnya di kawasan pintu pendakian Cemoro Kandang, disana banyak sekali warung yang menawarkan berbagai macam minuman hangat, dari kopi hingga minuman yang berbahan jahe untuk menghangatkan tubuh.
Banyak sekali warung maupun cafe di kawasan Cemoro Kandang, namun ada satu warung legendaris yang konon merupakan warung pertama di kawasan pintu pendakian Cemoro Kandang tersebut, yaitu warung Jalur Evakuasi Lapar. Tepatnya berada persis di seberang pintu pendakian Cemoro Kandang, di Gondosuli Kidul, Gondosuli, Kec. Tawangmangu, Kab. Karanganyar, Jawa Tengah.

Warung tersebut didirikan oleh Satimo (Mbah Mo), pada tahun 1982. Tak hanya sebagai pendiri warung pertama disitu, Mbah Mo juga merupakan seorang Juru Kunci di pintu pendakian Cemoro Kandang.
Setelah Mbah Mo meninggal dunia pada tahun 2012 lalu, warung tersebut kemudian diteruskan oleh salah satu cucunya yang bernama Edi Purwanto.
Seiring dengan berjalannya waktu, berkat pengelolaan yang baik oleh cucunya tersebut, banyak penambahan menu minuman dan makanan di warung Jalur Evakuasi Lapar. Bahkan bangunan warung telah mengalami banyak renovasi demi kenyamanan pengunjung.
Seorang pengunjung asal kota Madiun, Jawa Timur, Nor Eko Maryanto mengatakan bahwa warung Jalur Evakuasi Lapar ini selalu menjadi pilihan pertama baginya untuk sekedar minum kopi dan bahkan makan bakso atau sate.
“Setiap saya berangkat ke Solo atau pulang ke Madiun, saya selalu lewat sini. Dan selalu mampir ke warung legenda ini demi segelas kopi dan makan sate atau bakso,” kata Eko

Lebih lanjut, Eko juga menjelaskan bahwa sejak dia bekerja di Solo pada tahun 2019 hingga sekarang, ngopi di warung Mbah Mo adalah salah satu hal terbaik yang membuat betah bekerja walau harus sering pulang pergi Madiun-Solo.
“Meski saya kerja di Solo itu berat karena jauh dari keluarga, tapi setiap saya menempuh perjalanan Madiun-Solo dan bisa mampir ngopi disini (warung Mbah Mo/Edi) bisa jadi obat juga sih,” pungkas Eko pada Indonesiabuzz.com
Sebagai informasi, sebagai penerus warung Mbah Mo, Edi Purwanto adalah seorang pengelola di jalur Pendakian Bukit Mongkrang.
Bukit Mongkrang sendiri adalah sebuah bukit yang cukup besar yang juga berada di kaki gunung Lawu. Jaraknya hanya sekitar 2 kilometer dari pintu pendakian Cemoro Kandang. (Puthut-Red)
 
			 
		    





 
                
