Ngawi, 4 Juni 2023 – Untuk mendekatkan peserta didik dengan lembaga pendidikan berdasarkan jarak tempat tinggal mereka dengan lokasi sekolah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi telah mengubah skema zonasi dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) untuk tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada Tahun Ajaran 2023/2024.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Ngawi, Sumarsono, kemarin (28/5), setelah adanya masukan dari masyarakat dan sekolah terkait kebijakan zonasi tersebut.
Sumarsono menjelaskan bahwa pada PPDB 2022/2023, sebagian peserta didik memilih lembaga pendidikan yang jaraknya jauh dari tempat tinggal mereka, meskipun masih berada dalam satu kecamatan. Hal ini tidak sejalan dengan prinsip zonasi yang mengedepankan aspek kedekatan jarak antara rumah dengan sekolah.
“Masalah ini banyak terjadi di desa-desa yang berada di perbatasan antar kecamatan,” ujar Sumarsono.
Setelah dilakukan evaluasi, Dikbud menetapkan bahwa desa-desa yang berada di perbatasan antar kecamatan akan menjadi wilayah penyangga untuk lembaga pendidikan terdekat. Peserta didik yang tinggal di wilayah tersebut dapat mendaftar di sekolah yang berbeda kecamatan dengan tempat tinggal mereka.
“Wilayah penyangga ini berlaku untuk PPDB SD dan SMP,” tambah Sumarsono.
Sumarsono juga menyatakan bahwa jalur pendaftaran PPDB kali ini tidak mengalami perubahan dari sebelumnya. Terdapat tiga jalur pendaftaran untuk tingkat SD, yaitu jalur zonasi dengan alokasi minimal 70 persen, afirmasi (15 persen), dan perpindahan orang tua (minimal 5 persen). Sementara untuk tingkat SMP terdapat empat jalur, yaitu jalur zonasi dengan alokasi minimal 50 persen, afirmasi (15 persen), perpindahan orang tua (5 persen), dan jalur prestasi untuk sisanya.
“Pendaftaran PPDB SMP dan SD akan dibuka pada tanggal 15 Juni mendatang,” ungkap Sumarsono.
Dalam upaya penyesuaian, Dikbud juga telah mengubah target pemenuhan kuota peserta didik baru untuk SMP negeri. Hal ini dilakukan karena jumlah siswa baru yang diterima di 50 SMP negeri belum mencapai target yang ditetapkan. Dari target sebanyak 8.352 siswa, hanya 7.070 siswa yang berhasil diterima.
“Tahun ini, hanya ada 7.648 siswa yang akan ditempatkan dalam 239 rombongan belajar (rombel),” jelasnya.
Menurut Sumarsono, jumlah calon peserta didik cenderung menurun setiap tahunnya akibat rendahnya angka kelahiran. Selain itu, kehadiran banyak sekolah swasta juga membuat persaingan dalam PPDB semakin ketat. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah negeri. @IndonesiaBuzz