Surakarta, IndonesiaBuzz.com – Pasca terjadinya Geger Pecinan yang menghancurkan Kraton Kartasura, Sinuhun Pakubuwono II (1711-1749) dengan tekad kuat memulai pembangunan Kraton Surakarta sebagai pengganti istananya yang luluh lantak. Namun, perjalanan pembangunan tidak berjalan mulus karena terkendala oleh para lelembut yang berdiam di wilayah Kedung Lumbu di Desa Sala.
Awalnya, penasihat raja yang bijaksana berunding dan sepakat bahwa Kedung Lumbu akan menjadi lokasi calon Kraton Surakarta. Sayangnya, wilayah ini adalah tanah rawa yang ditumbuhi tanaman talas dan dikenal angker karena dianggap sebagai pusat lelembut yang dipimpin oleh Uling Putih dan Nyi Blorong.
Namun, hal ini tidak menghentikan tekad Sinuhun Pakubuwono II untuk menyelesaikan pembangunan istana baru tersebut. Dengan Kraton Kartasura yang hancur, tidak ada alternatif lain bagi raja tersebut untuk menjalankan pemerintahan. Namun, perjalanan pembangunan Kraton Surakarta penuh dengan kendala.
Para pekerja sering mengalami kejang tiba-tiba dan meyakini bahwa gangguan tersebut berasal dari makhluk halus penghuni Kedung Lembu. Para penasihat raja akhirnya memberikan saran untuk melakukan ritual khusus guna menyingkirkan lelembut yang mendiami wilayah tersebut, dengan harapan pembangunan istana dapat berjalan dengan lancar.
Upaya Mengusir Lelembut oleh Canthang Balung
Pada awalnya, Nyi Roro Kidul, pemimpin lelembut, sudah meminta kepada Uling Putih dan Nyi Blorong agar pasukannya berpindah tempat sebelum kemarahan Raja Pakubuwono II. Namun, pasukan raja telah menyerang lebih dulu, menciptakan kekacauan di wilayah tersebut dan mengusir para lelembut.
Pasukan yang dipimpin oleh Canthang Balung tampil dengan penampilan unik, mengenakan topi kerucut tinggi, berpakaian merah, berkalung bunga melati, dan berikat pinggang sindur. Mereka juga membawa beragam alat gamelan yang mereka bunyikan. Kehadiran mereka menciptakan kegaduhan yang membuat para lelembut panik.
Pasukan Canthang Balung diikuti oleh Pasukan Panyutro, yang melumuri tubuh mereka dengan bedak kuning, memakai pakaian kuning yang terpotong, berikat kepala dengan batik motif bango tolak, dan bersenjatakan panah dan keris. Di belakang mereka, berbaris prajurit Prawirotomo, mengenakan kostum hitam-hitam mulai dari topi hingga celana. Konon, kehadiran tiga barisan pasukan ini membuat para lelembut merasa gentar, karena mereka menyerupai prajurit penghibur Nyi Roro Kidul.
Akhirnya, dengan keberanian dan tekad Sinuhun Pakubuwono II, para lelembut berhasil disingkirkan, dan Kraton Surakarta Hadiningrat berhasil dibangun sebagai pengganti Kraton Kartasura yang hancur akibat Geger Pecinan. Dengan pembangunan Kraton Surakarta, raja tersebut berhasil memulihkan pamornya dan memulai babak baru dalam sejarah kerajaan Kraton Surakarta. (NEM@indonesiabuzz)