Sebanyak 480 Kepala Keluarga (KK) yang bertempat tinggal di Dusun Tegal, Desa Mangunharjo, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur terisolasi. Pasalnya, sekarang mereka harus memutar sejauh empat kilometer melalui jalan setapak untuk menuju ke jalan raya.
Diketahui penyebab mereka melakukannya karena keadaan bangunan Jembatan Mangunharjo, Arjosari, semakin mengkhawatirkan. Selain tali baja dan baut penyangga yang berkarat, banyak bagian lantai jembatan yang terbuat dari kayu itu sudah lapuk serta ada beberapa yang patah. Sebagian tiang penyangga juga telah miring lantaran diterjang aliran Sungai Grindulu.
Menurut Joko Sumaryanto Kepala Desa (Kades) Mangunharjo, jembatan tersebut memang sudah lama rusak, sekitar 5–6 tahun yang lalu. Namun, belakangan kerusakan semakin parah. Tidak adanya pengawasan dan perbaikan lanjut, membuat tiang pancang jembatan terus tergerus aliran sungai sedikit demi sedikit.
“Selasa (28/2) sore sebelum (jemabatan) doyong memang aliran airnya deras. Dan, Rabu (1/3) sekitar pukul 03.00 WIB dapat kabar kalau jembatannya miring,” tegasnya.
Kini jembatan gantung sepanjang 200 meter itu ditutup demi keamanan warga. Akibatnya warga Dusun Tegal yang berada di seberang sungai tak bisa melintas. Padahal, sarana infrastruktur itu merupakan satu-satunya akses utama bagi warga setempat menuju Jalan Raya Pacitan–Ponorogo.
“Selain warga Dusun Tegal, masyarakat tiga dusun lainnya dari Desa Kedungbendo juga menggunakan jembatan ini,” ungkapnya.
Joko mengaku telah melaporkan hal tersebut ke Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR). Pihaknya berharap ada perbaikan permanen untuk jembatan itu dari Pemerintah Daerah (Pemda).
“Rencananya dalam waktu dekat kami bersama warga berupaya memperlebar jalan setapak yang tembus ke Kedungbendo itu dan memasangi lampu penerangan agar aman untuk dilintasi saat malam hari,” pungkasnya. @Jatimbuzz