Indonesiabuzz.com: Klaten, 24 September 2023 – Sunan Pandanaran, adalah tokoh besar dalam penyebaran agama Islam di daerah Klaten, tepatnya di wilayah Kecamatan Bayat. Sosok beliau yang rendah hati memang tak setenar tokoh-tokoh lain yang menjadi bagian dari Wali Songo, namun beliau sangatlah dihormati dan disegani.
Sunan Pandanaran sebenarnya adalah seorang Adipati Semarang yang kemudian atas permintaan Sunan Kalijaga yang merupakan Gurunya, beliau meninggalkan Semarang untuk menyiarkan agama Islam di daerah pegunungan bagian selatan kota Semarang yakni Bayat dan sekitarnya.
Sunan Pandanaran dimakamkan di Kompleks Makam Sunan Pandanaran di Bukit Jabalkat, Desa Paseban, Kec. Bayat, Kab. Klaten, Jawa Tengah. Lokasinya berada di ketinggian 860 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Kompleks Makam Sunan Pandanaran tersebut dikelola oleh Pemkab Klaten dan menjadi salah satu wisata religi terbesar di Kabupaten Klaten. Makam Sunan Pandanaran menarik ribuan peziarah yang datang setiap harinya dari berbagai daerah. Selain dari Jawa Tengah, peziarah juga berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat, Sumatera hingga Kalimantan.
Puncak kedatangan peziarah ke makam Sunan Pandanaran adalah bulan Suro dan Ruwah dalam penanggalan Jawa. Dari biasanya 1.000-2.000 peziarah bisa sampai 3.000 peziarah dalam sehari. Para peziarah yang hendak masuk ke Kompleks Makam Sunan Pandanaran itu cukup membayar retribusi Rp. 2.000 saja.
Sebelum mencapai makam Sunan Pandanaran, para peziarah harus menapaki 300 anak tangga. Maka itu diperlukan stamina yang cukup kuat untuk berziarah di makam Sunan Pandanaran ini. Tetapi tak perlu khawatir, bagi peziarah lansia atau yang memiliki kondisi fisik yang kurang, bisa memanfaatkan jasa ojek yang berada di depan loket dengan biaya hanya Rp. 10.000 setiap kali jalan.
Selama menyusuri ratusan anak tangga tersebut, para peziarah akan dimanjakan dengan deretan kios yang menawarkan berbagai produk lokal khas Klaten. Mulai dari kaos bertuliskan Sunan Pandanaran hingga gerabah dan makan khas kabupaten Klaten.
Ketika peziarah mencapai area Masjid Makam Bayat, peziarah diharuskan untuk melepas alas kaki dan dititipkan pada tempat yang telah disediakan. Peziarah bisa melakukan wudu sebelum melanjutkan perjalanan ke Makam Sunan Pandanaran. Nantinya akan melewati sekitar tujuh gapura dengan bentuknya yang khas.
Ditemui oleh Indonesiabuzz.com di Kompleks Makam Sunan Pandanaran, seorang pegiat sejarah Sunan Pandanaran sekaligus Abdi Dalem Kraton Surakarta Hadiningrat, KRAT. Sariyono Citronagoro menjelaskan bahwa batu bata yang digunakan untuk membangun makam Sunan Pandanaran tersebut, didatangkan langsung dari Kerajaan Mataram.
“Makam Sunan Pandanaran dibangun oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo yang merupakan murid beliau. Batu bata yang digunakan sengaja didatangkan dari Mataram (Pleret) dengan cara diangkut satu per satu dengan membentuk barisan manusia, dari Mataram hingga Bayat”, jelas KRAT. Sariyono Citronagoro, Minggu, (24/9/2023). (Puthut – Red).