IndonesiaBuzz: Surakarta, 26 September 2023 – Masjid Agung Kraton Surakarta menggelar acara Pengajian Sekaten HajadDalem Garebeg Tahun Jimawal 1957/ Tahun 2023, dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad S.A.W. Acara berlangsung di Serambi Masjid Agung Surakarta pada Senin, 25 September 2023, malam.
Pengajian kali ini mengangkat tema utama “Sejarah Sekaten,” dengan menghadirkan pembicara utama, KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si, Pengageng Parentah Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Turut mendampingi, Tafsir Anom Keraton Surakarta, KH. Muhammad Muhtarom, serta perwakilan Ta’mir Masjid Agung Kraton Surakarta.
Dalam pengajian ini, KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si. memberi penjelasan mengenai pentingnya memahami makna Sekaten dalam konteks zaman modern.
Beliau menekankan bahwa pengajian ini membahas latar belakang dan relevansi Sekaten yang telah berlangsung selama kurang lebih 600 tahun.
“Tentu semuanya juga harus dikaji, dievaluasi tentang makna dari sekaten, semuanya harus sesuai dengan spirit ajaran Nabi Muhammad S.A.W,” ujarnya kepada IndonesiaBuzz.com.
KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si.
KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si., yang akrab dipanggil Gusti Dipo juga mengulas tentang gamelan, instrumen musik khas Jawa yang dapat menjadi bagian dari syiar Agama Islam.
“Dahulunya gamelan dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, namun dengan pemahaman yang mendalam, gending-gending yang sesuai dengan makna keislaman diciptakan, terutama pada saat peringatan Maulud Nabi Muhammad S.A.W,” terangnya.
Sejarah mencatat bahwa gamelan pada masa lalu dianggap tidak sejalan dengan ajaran Islam, sehingga instrumen ini disembunyikan oleh masyarakat.
Menurutnya, pada masa Sunan Kalijaga, gamelan mulai dimunculkan dan bahkan diterima di dalam lingkungan masjid.
“Namun terdapat syarat dari Sunan Kalijaga untuk masyarakat yang mau mendengarkan gamelan, yaitu mereka harus bisa membaca Syahadat,” jelas Gusti Dipo.
Salah satu jamaah pengajian, Murti Yunani (45) asal Surakarta mengaku, pengajian tersebut dapat meningkatkan pemahaman tentang sejarah Sekaten dan budaya lokal.
“Sekarang saya jadi tahu sejarahnya, bahwa dahulu gamelan tidak boleh di Masjid tapi sekarang jadi tahu kenapa Masjid bisa memiliki gamelan,” ungkapnya.
Murti Yunani bersama Suami.
Murti juga berharap, kegiatan serupa tentang pengungkapan sejarah dapat diadakan secara rutin, sehingga anak-anak muda juga dapat mempelajari lebih banyak tentang warisan budaya, terutama sejarah Kota Solo.
Acara Pengajian Sekaten HajadDalem Garebeg ini, menjadi momen berharga bagi masyarakat Surakarta untuk lebih memahami sejarah, serta mengerti akan makna dari tradisi Sekaten yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Semangat untuk menjaga dan memahami warisan budaya ini tetap hidup, serta memperkuat akar budaya Islam di masyarakat. Diharapkan, pengetahuan yang lebih dalam tentang Sejarah Sekaten akan membantu masyarakat, dalam menghargai dan melestarikannya untuk generasi yang akan datang. (NEM@indonesiabuzz)