Indonesiabuzz: Surakarta, 21 September 2023 – Masih dalam rangkaian HajadDalem Pareden Garebeg Mulud dan Sekaten Jimawal 1957 tahun 2023, Kraton Kasunanan Surakarta Hadinigrat menggelar tradisi Miyosaken Gongsa Sekati yaitu mengeluarkan dua set Gamelan Pusaka, Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Guntur Sari.
Kedua gamelan tersebut dikeluarkan dari kompleks Kraton Surakarta dan dibawa menuju ke Masjid Ageng Kraton Surakarta. Kedua gamelan tersebut kemudian diletakkan di Pagongan yang berada di halaman depan sisi Selatan dan Utara dari Masjid Ageng Kraton Surakarta, Kamis, (21/9/2023).
Usai tradisi Miyosaken Gongsa Sekati, kemudian acara berlanjut dengan Ngungelaken Gongsa Sekati (menabuh gamelan untuk pertama kalinya) sebagai pertanda dimulainya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dari pantauan langsung Indonesiabuzz.com, acara tersebut dihadiri langsung oleh Raja Kraton Surakarta Hadiningrat, SISKS Pakoe Boewono XIII (PB XIII), bersama dengan Prameswari Dalem Kraton Surakarta Hadiningrat GKR Pakoe Boewono. Selain itu, tampak hadir pula sejumlah keluarga, Sentono Dalem dan Abdi Dalem.
Usai prosesi doa oleh ulama Kraton Surakarta yang dilanjutkan dengan lantunan pembacaan Al-Quran, kemudian KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si. selaku Pengageng Parentah Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat memberikan instruksi kepada KP. Christophorus Adityas untuk memerintahkan Abdi Dalem yang berada di Pagongan sisi selatan untuk mulai menabuh Gamelan Kanjeng Kyai Guntur Madu.
KGPH Adipati Drs. Dipokusumo M.Si. yang akrab dipanggil Gusti Dipo tersebut menjelaskan bahwa dalam tradisi Ngungelaken Gongsa Sekati Kanjeng Kiai Guntur Madu dan Guntur Sari pada tahun ini dibunyikan lebih awal.
“Gamelan ini dibunyikan agak awal, menginggat nanti sesudah Adzan Ashar atau Ba’dha Ashar, Gamelan Pusaka ini tidak dibunyikan,” ujarnya.
“Karena bertepatan dengan ketentuan malam Jumat maka, gamelan akan dibunyikan lagi besok hari Jumat,” tambahnya.
Gusti Dipo berharap tradisi sekatenan ini tetap bisa lestari, dan dapat menjadi sarana belajar budaya adat jawa untuk generasi muda.
“Semoga ini bisa tetap lestari sesuai dengan harapan, bahwa ini merupakan sarana syiar Agama Islam yang dilaksanakan sesuai adat budaya Kraton Kasunanan Surakarta Hadingrat,” pungkasnya.
Menariknya, dalam tradisi Ngungelaken Gongsa Sekati ini, Prameswari Dalem GKR. Pakoe Boewono membagikan kinang dan telor asin untuk masyarakat yang mengikuti prosesi tersebut. Mengunyah kinang atau nginang merupakan salah satu tradisi pada saat penabuhan gamelan pusaka Gongsa Sekati yang diyakini bahwa tradisi nginang tersebut akan mengabulkan permintaan kita untuk bisa bertemu dengan sekatenan tahun berikutnya. Dengan kata lain, mengunyah kinang diyakini mampu memperpanjang usia. (Eko-Red).