IndonesiaBuzz: Ngawi, 3 Januari 2025 – Sebanyak 10.000 dosis vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) yang merupakan bantuan dari pemerintah pusat untuk Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ngawi telah kedaluwarsa sejak Oktober 2024. Hal ini disebabkan oleh banyaknya peternak yang menolak sapinya disuntik vaksin PMK.
“Kebetulan banyak peternak yang menolak divaksin (sapinya). Bahkan, ada yang membuat surat pernyataan tertulis menolak divaksin. Makanya ada vaksin yang masih dan kadaluarsa,” ujar Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (DPP) Ngawi, Eko Yudo Nurcahyo, Kamis (2/1/2025).
Menurut Yudo, penolakan terjadi karena sejumlah peternak mengeluhkan bahwa sapi mereka tidak mau makan setelah disuntik vaksin. Padahal, untuk melindungi sapi dari PMK, vaksinasi perlu dilakukan secara rutin setiap enam bulan sekali.
“Jadi memang harus booster terus dan rutin enam bulan sekali disuntik vaksin. Apalagi virus PMK masih ada dan Indonesia belum zero PMK,” tambahnya.
Eko Yudo menjelaskan bahwa pada awal tahun lalu, Pemkab Ngawi menerima bantuan vaksin PMK dari pemerintah pusat sebanyak 463.747 dosis. Vaksin tersebut disuntikkan secara bertahap kepada hewan ternak yang berpotensi terkena PMK.
Rinciannya adalah 130.248 dosis untuk sapi, 1.914 dosis untuk kerbau, 307.910 dosis untuk kambing, dan 13.675 dosis untuk domba.
Namun, akibat adanya penolakan dari sejumlah peternak, 10.000 dosis vaksin PMK kini telah kedaluwarsa dan direncanakan untuk dimusnahkan. “Kami menunggu petunjuk dari pemerintah pusat terkait mekanisme dan syarat pemusnahan vaksin tersebut,” kata Yudo.
Rencana Pengadaan Vaksin Baru
Untuk mencegah penyebaran PMK, Pemkab Ngawi menganggarkan Rp 255 juta guna pengadaan 10.000 dosis vaksin PMK pada pertengahan Januari 2025. Vaksin ini akan diberikan kepada sapi yang belum terjangkit PMK.
“Akhir Januari sudah bisa terealisasi,” jelas Yudo, seraya menambahkan bahwa pengadaan ini dilakukan karena belum ada informasi dari pemerintah pusat maupun provinsi mengenai penyediaan vaksin tambahan.
DPP Ngawi berharap vaksinasi dapat terus berjalan guna mengendalikan penyebaran PMK di wilayah tersebut. “Kesadaran peternak untuk rutin melakukan vaksinasi sangat diperlukan agar wabah PMK dapat diatasi,” tutupnya.