IndonesiaBuzz: Budaya – Kepercayaan terhadap wahyu atau “pulung” dalam mitologi Jawa hingga kini masih menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi masyarakat. Meski bersifat mistis, mitos pulung tetap hidup dan memengaruhi pandangan politik lokal di Jawa.
Pulung dalam mitologi Jawa dipercaya sebagai simbol atau tanda yang menunjukkan bahwa seseorang telah mendapatkan anugerah sekaligus amanah untuk menjadi pemimpin. Cahaya mistis yang diyakini berwarna biru atau hijau ini dipercaya turun dari langit dan mengarah ke rumah orang yang “terpilih.”
“Menurut kepercayaan masyarakat tradisional, khususnya di Jawa, pulung merupakan tanda alam bahwa seseorang mendapat restu untuk memimpin,” ujar KP. Hari Andri Winarso Wartonagoro, pemerhati budaya dari Madiun.
Fenomena ini, lanjutnya, masih mempengaruhi pemilihan pemimpin di tingkat lokal, terutama di daerah-daerah yang masih kuat memegang adat istiadat.
Pulung dalam Dunia Politik Jawa
Masyarakat Jawa yang masih memegang tradisi percaya bahwa kehadiran pulung bukanlah hal yang biasa. Dalam konteks politik, pulung dianggap sebagai tanda legitimasi dari alam bahwa seseorang telah ditakdirkan untuk menduduki jabatan penting, seperti kepala daerah. Mereka yang dianggap telah “diberi” pulung diyakini memiliki kekuatan gaib yang akan mengantarkan mereka pada kekuasaan.
“Pulung seolah memiliki kekuatan mistis yang mengantarkan seseorang kepada takdir besar dalam hidupnya,” ungkap Kanjeng Andri, sapaan akrab salah satu Pakar Metafisika di tanah air itu.
Menurutnya, fenomena ini tidak hanya terbatas pada ranah politik, tetapi juga dipandang sebagai tanda keberpihakan alam kepada orang yang terpilih.
Salah satu sastrawan dan pujangga keraton terkemuka, Ranggawarsita, juga menulis tentang fenomena pulung ini dalam karyanya. Menurutnya, pulung adalah wahyu yang dinantikan banyak orang, dan siapa pun yang menerimanya bakal menjadi tokoh besar.
Mitologi Pulung di Tengah Perubahan Zaman
Meskipun masyarakat modern cenderung lebih rasional dan skeptis terhadap mitos, kepercayaan terhadap pulung belum sepenuhnya hilang. Beberapa kelompok masyarakat tradisional masih menjadikan pulung sebagai salah satu alat legitimasi politik, meskipun sering kali dipandang tidak rasional oleh kalangan modernis.
“Kepercayaan terhadap pulung masih bertahan hingga hari ini, terutama di kalangan masyarakat tradisional yang menganggapnya sebagai bagian dari kehidupan spiritual dan politik,” kata Kanjeng Andri.
Di tengah zaman yang semakin maju, di mana teknologi dan pemikiran kritis mendominasi, mitos seperti pulung mungkin terlihat kuno. Namun, bagi mereka yang masih percaya, pulung tetap menjadi bagian dari identitas budaya dan politik Jawa yang tak tergantikan.
Menurut kerabat Kraton Surakarta itu, Pulung sebagai simbol mistis yang mempengaruhi politik Jawa menunjukkan betapa kuatnya hubungan antara budaya, spiritualitas, dan kepemimpinan dalam masyarakat. Meskipun perannya mungkin telah berkurang dalam masyarakat modern, pulung masih bertahan sebagai elemen penting dalam tradisi Jawa, terutama di wilayah pedesaan yang masih memegang teguh adat dan budaya leluhur.
“Meskipun zaman berubah, kepercayaan terhadap pulung tetap memiliki tempat dalam kehidupan masyarakat Jawa, terutama ketika menyangkut masalah kepemimpinan dan politik.” pungkas Kanjeng Andri. @indonesiabuzz