IndonesiaBuzz: Historia – Sejarah panjang tanah Jawa menyimpan banyak kisah legendaris. Salah satunya adalah kisah tentang Sultan Adiwijaya, yang awalnya dikenal sebagai Jaka Tingkir. Kisah perjuangan dan kepemimpinan Sultan Adiwijaya mencerminkan keteguhan semangat serta keterlibatannya dalam lahirnya kerajaan Pajang.
Dalam berbagai karya sastra Jawa klasik, salah satunya adalah Babad Jaka Tingkir, kita menemukan cerita yang unik. Meskipun judulnya mencantumkan nama Jaka Tingkir, tokoh ini tidak pernah secara eksplisit hadir dalam isi naskah. Nancy Florida, dalam bukunya Writing The Past, Inscribing The Future, menjelaskan bahwa Jaka Tingkir adalah tokoh legendaris yang dipercaya sebagai pendiri kerajaan Islam pertama di pedalaman Jawa Tengah. Ia adalah putra Ki Kebo Kenanga, yang berasal dari wilayah Pengging dekat Boyolali.
Dalam Babad Jaka Tingkir yang diceritakan melalui transliterasi Moelyono Sastronaryatmo, terungkap kisah seorang anak bernama Mas Karebet. Ia adalah anak dari Ki Ageng Pengging dan keponakan dari Ki Ageng Tingkir. Setelah ayahnya tewas atas perintah Sultan Demak, Raden Patah, Mas Karebet diasuh oleh bibinya, Nyi Ageng Tingkir.
Walaupun tidak secara tegas disebutkan bahwa Mas Karebet adalah Jaka Tingkir, indikasi yang mengarah pada kesimpulan bahwa keduanya adalah satu tokoh, dapat ditemukan dari lingkungan tempat tinggal Mas Karebet. Legenda menceritakan bahwa para penguasa Pajang merupakan keturunan dari penguasa Pengging.
Meski ayahnya tewas dengan tragis, Jaka Tingkir terus belajar dan mengabdi kepada Demak. Bahkan, ia meraih posisi sebagai abdi dalem di bawah pemerintahan Sultan Trenggana. Kemampuannya dalam pertempuran memungkinkan Jaka Tingkir naik pangkat dengan cepat, menjadi komandan tinggi dan pengawal elite Sultan Trenggana, seperti yang dicatat oleh Nancy Florida.
Namun, langkah-langkah cerdiknya tidak selalu membawa kesuksesan. Jaka Tingkir dipecat setelah sebuah insiden kontroversial di mana ia membunuh Dhadhungawuk, seorang prajurit Demak, dan memerintahkan pemotongan tubuhnya. Kekejaman ini mengakibatkan pemecatan Jaka Tingkir dan pengasingannya dari kerajaan.
Tidak menyerah dengan nasibnya, Jaka Tingkir mengasah kemampuannya selama masa pengasingan. Ia mengembangkan kemampuan bela diri yang luar biasa, bahkan mampu mengalahkan hewan buas seperti buaya dan ular. Kemampuan ini akhirnya digunakan untuk merebut kembali hati Sultan Trenggana.
Dalam upayanya untuk mendapatkan kembali posisinya, Jaka Tingkir melancarkan rencana cerdik. Ia membiarkan seekor kerbau mengamuk, yang tidak bisa ditaklukkan oleh para prajurit kecuali dirinya sendiri. Sultan Trenggana terkesan oleh keberanian dan kecakapan Jaka Tingkir, dan sebagai hasilnya, Jaka Tingkir diizinkan untuk kembali ke kerajaan, bahkan diangkat sebagai Adipati Pajang dan menikahi Ratu Mas Cempaka.
Setelah kematian Sultan Trenggana, kepemimpinan Kerajaan Demak diteruskan oleh Susuhunan Prawata. Namun, nasib tragis menimpanya ketika ia dibunuh oleh Aria Panangsang, seorang raja bawahan di Jipang, dalam motif balas dendam. Hal ini mengakibatkan runtuhnya Kerajaan Demak dan berakhirnya era kekuasaan mereka.
Upaya Aria Panangsang untuk menghilangkan Jaka Tingkir juga berujung pada kegagalan. Jaka Tingkir berhasil mengirim surat provokatif kepada Aria Panangsang, yang membuatnya jatuh ke dalam perangkap dan akhirnya tewas di tangan pasukan Pajang di bawah komando Sutawijaya.
Dengan runtuhnya Kerajaan Demak, pusat pemerintahan dipindahkan ke Pajang. Jaka Tingkir, yang kini diangkat menjadi sultan Pajang dengan gelar Sultan Adiwijaya, memainkan peran penting dalam memimpin Kerajaan Pajang. Keputusannya memberikan tanah Mentaok untuk Sutawijaya dan Ki Ageng Pemanahan menjadi cikal bakal bagi berdirinya Kerajaan Mataram di masa depan.
Ketangguhan dan strategi cerdik Sultan Adiwijaya membuatnya diakui sebagai raja Islam dan sultan di Jawa Timur serta pesisir di sebelah timur. Ini terjadi melalui musyawarah khidmat di keraton Sunan Prapen dari Giri, di mana raja-raja dari berbagai daerah berkumpul untuk mengakui kepemimpinan Sultan Adiwijaya.
Namun, takdir Sultan Adiwijaya berakhir misterius. Meskipun ada beberapa versi tentang penyebab kematiannya, seperti akibat penyakit atau kecelakaan, yang pasti adalah kontribusinya terhadap pembentukan Kerajaan Pajang dan perjalanan panjang sejarah Nusantara tak akan pernah dilupakan. @wartonagoro
Sumber: Babad Jaka Tingkir, Writing The Past, Inscribing The Future oleh Nancy Florida, Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Peralihan dari Majapahit ke Mataram oleh De Graff dan Pigeud.