IndonesiaBuzz: Solo, 7 Oktober 2023 – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat lonjakan jumlah investor di pasar modal Indonesia pada Juli 2023. Data menunjukkan bahwa jumlah investor pasar modal telah mencapai 11,42 juta atau sekitar 4,5% dari total populasi Indonesia. Dari jumlah tersebut, sekitar 80,44% diantaranya adalah generasi muda, termasuk Generasi Milenial dan Generasi Z.
Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, seperti yang dilansir melalui laman resmi Bank Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa konsumsi masyarakat atau rumah tangga mencapai pertumbuhan 5,3%, sedangkan investasi meningkat sebesar 4,36% pada kuartal kedua 2023, menjadi basis pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Mahendra menegaskan, perlunya fokus pada sektor jasa keuangan untuk menjaga keberlanjutan dan pertumbuhan kedua sektor tersebut. Hal ini meliputi pengembangan pembiayaan untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta pengembangan pasar modal.
Menurut Bhimo Rizky Samudro, seorang pengamat ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, generasi muda saat ini menunjukkan minat tinggi terhadap pasar uang. Namun, perlu diingat bahwa investasi berlebih pada pasar uang dapat menyebabkan bubble ekonomi.
Lebih lanjut Bhimo menjelaskan, bahwa alokasi dana yang seharusnya dialokasikan ke sektor riil atau industri yang dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan produktivitas riil harus diperhatikan. Hal ini dapat membantu menekan inflasi, meningkatkan ekspor, dan menjaga stabilitas neraca kurs.
Trend peningkatan investasi di pasar uang didukung oleh kemudahan teknologi yang memudahkan generasi muda dalam berinvestasi. Mereka cenderung menyukai investasi di pasar uang karena dianggap lebih praktis.
“Investasi dalam pasar uang, secara umum itu pasar modal itu lebih disukai karena praktis. Nah ini yang menurut saya satu sisi meningaktkan perputaran yang, tapi di sisu lain kalau enggak kasih warning, apabila pasar uang terlalu dominan, tidak diikuti sektor riil,” ujarnya pada Jumat (6/10/2023).
Wahyu Febry (27), seorang pemuda asal Sukoharjo mengungkapkan, bahwa saat ini ia berinvestasi di instrumen saham. Namun, ia menyadari pentingnya kehati-hatian dalam berinvestasi, dan sering berkonsultasi dengan konsultan saham dari perusahaan sekuritas sebelum mengambil keputusan. Wahyu lebih memilih instrumen saham perbankan seperti BBCA dan BBRI.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa maraknya investasi generasi muda di pasar modal didorong oleh kemudahan teknologi, yang memerlukan pengawasan dan pengelolaan yang bijak untuk menjaga keseimbangan investasi antara pasar uang dan sektor riil demi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. @indonesiabuzz