IndonesiaBuzz: Bantul, 6 Juli 2025 – Atas dhawuh atau titah dari SISKS Pakoe Boewono XIII, Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar upacara adat Wilujengan dan Labuhan di Pantai Parangkusumo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Minggu (6/7/25). Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian tradisi Wilujengan Kiblat Sekawan dalam menyambut Bulan Suro Tahun 2025 atau 1959 Dal dalam kalender Jawa.
Ritual tradisi yang dipimpin langsung oleh Prameswari Dalem Kraton Surakarta Hadiningrat, GKR Pakoe Boewono, turut dihadiri dua putri PB XIII yakni GKR Timoer Rumbai Kusuma Dewayani dan GRAy Devi Lelyana Dewi, serta sejumlah keluarga keraton, Sentana Dalem, dan Abdi Dalem. Prosesi berlangsung sakral dan khidmat, dengan diawali doa bersama atau wilujengan di Pendopo Kompleks Cepuri Parangkusumo.
Usai wilujengan, rombongan melakukan kirab mengarak sesaji dan ubo rampe menuju bibir Pantai Parangkusumo. Saat memasuki gapura pantai, debur ombak seolah menyambut kedatangan utusan raja, sementara terik matahari tersamarkan oleh hembusan angin Laut Selatan. GKR Pakoe Boewono bersama seluruh peserta labuhan kemudian memanjatkan doa secara khusyuk.
Setelah berdoa, GKR Pakoe Boewono memimpin para abdi dalem melarung atau melayangkan sesaji ke Laut Selatan. Tabur bunga dan pelarungan sesaji serta ubo rampe menjadi puncak upacara labuhan tersebut.
Pengageng Parentah Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, KGPH Adipati Dipokusumo, menyampaikan bahwa upacara labuhan merupakan tradisi leluhur yang dijalankan untuk menyambut Bulan Suro, bulan pertama dalam kalender Jawa yang dicetuskan oleh Raja Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo.
“Inti dari upacara Labuhan Parangkusumo adalah agar manusia memahami dirinya sebagai ciptaan Tuhan yang memiliki hubungan erat dengan sesama dan alam,” ujar KGPH Dipokusumo.
Ia menambahkan, masyarakat Jawa khususnya Kraton Kasunanan Surakarta meyakini bahwa Laut Selatan dikuasai oleh sosok gaib, yakni Kanjeng Ratu Kencono Sari, yang bagian dari kepercayaan dalam upacara labuhan tersebut. Namun, tujuan utama labuhan adalah memohon perlindungan dan petunjuk dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Satu-satunya tujuan dalam upacara labuhan ini adalah memohon perlindungan dan petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, sekaligus menghormati para leluhur yang telah melestarikan tradisi ini agar bermanfaat bagi sesama,” tambahnya.
Usai pelarungan sesaji, warga dan pengunjung Pantai Parangkusumo tampak berebut sesaji dan ubo rampe yang hanyut di laut. Meski ombak cukup kuat, hal ini tidak menyurutkan niat mereka untuk ngalap berkah. Selama pelaksanaan labuhan, tim SAR juga dikerahkan untuk mengamankan jalannya prosesi dan mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebagai informasi, Wilujengan Kiblat Sekawan merupakan rangkaian tradisi tahunan dari Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang diselenggarakan di empat lokasi keramat di empat penjuru mata angin, yaitu Gunung Lawu di arah timur, Pantai Parangkusumo di arah selatan, Gunung Merapi di arah barat, dan Alas Krendowahono di arah utara. Keempat lokasi ini diyakini menjadi penopang berdirinya Kraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.